Tate no Yuusha no Nariagari Chapter 22 Bahasa Indonesia
TNYNN Bab 22 - Apa yang Ingin-ku Dengar
“Apa yang kau maksud dengan ‘menang’, pengecut!”
Duel satu-lawan-satu kita tadi terganggu, ‘kan!
“Bicara apa kau? Kau kalah karena tidak bisa menahan kekuatanku.”
... Kau keparat, kau benar-benar berkata seperti itu?
Apa-apaan omong kosong tentang pahlawan itu! Bahwa mereka tidak boleh memiliki budak!
Dasar sampah, berlagak seperti pahlawan padahal mencurangi pertarungan ini untuk memuaskan dirimu sendiri.
“Rekanmu menganggu ditengah-tengah pertarungan kita! Itulah alasan aku kehilangan keseimbangan!”
“Ha! Itu kah kebohongan dari rengekan seorang pecundang?”
“Bukan begitu, kau bedebah!”
Si pengecut Motoyasu memandang rendah diriku, mengabaikan keluhanku sembari merasa sudah menang.
Walaupun tadi benar ada gangguan... keparat itu!
“Jadi begitu?”
Para penonton hanya memperhatikan Motoyasu.
Apakah mereka tidak melihat yang terjadi..? Semuanya benar-benar terdiam.
“Tidak perlu percaya kata-kata dari seorang Pahlawan yang jahat. Pahlawan Tombak! Ini benar kemenanganmu!”
Bedebah itu!
Dan begitu saja, sang raja dengan tegas mengumumkan hasilnya.
Bahkan kemudian, beberapa kerumunan masih tidak yakin. Mereka melihat berkeliling seolah ingin mengatakan sesuatu. Tetapi, tidak ada seorang pun yang mau membantah apa yang sudah sang raja nyatakan.
Karena raja sudah mengheningkan semua penolakan.
Kerajaan ini adalah tirani seluruhnya!
“Seperti yang diharapkan dari seorang Motoyasu-sama!”
Wanita jalang yang menjadi penghasut kejadian ini tanpa rasa malu berlari ke sisi Motoyasu.
Ditambah lagi, para penyihir kerajaan hanya merapalkan mantera sihir penyembuh ke Motoyasu, mengobati lukanya.
Kelihatannya mereka tidak berniat menolongku.
“Fumu, seperti yang diharapkan dari Pahlawan yang puteriku, Malty, telah pilih.”
Kata sang raja sambil meletakkan tangannya di bahu Mein.
“A-apa...!?”
Mein adalah anak sang raja!?
“Ah... Aku juga terkejut saat mendengar Mein adalah seorang puteri. Dia menggunakan nama palsu demi berbaur dengan kita.”
“Ya... Aku ingin membantu demi kedamaian dunia~”
... Begitu. Jadi begitu rupanya.
Terasa aneh sekali betapa mudahnya aku dituduh sebagai kriminal hanya dengan kesaksian korban.
Jadi itu yang terjadi... Sang raja mengabaikan keegoisan puterinya yang bodoh dan menuduhkan kejahatan palsu padaku menggunakan bukti palsu. Demi pahlawan yang puterinya pilih, ia mengorbankanku dan mengambil kembali uangku karena aku adalah yang terlemah diantara para Pahlawan.
Dan karena Motoyasu menyelamatkan sang tuan puteri dariku, mereka menjadi semakin dekat, lebih dari gadis-gadis lain yang ada di sekelilingnya.
Ini juga menjelaskan kenapa aku menerima uang tambahan di awal.
Dengan kata lain, dia bisa mendapatkan perlengkapan yang bagus untuk dirinya dan juga mendukung pahlawan pilihannya, Motoyasu.
Jika hanya Motoyasu seorang diri yang diberikan peralatan yang jauh lebih baik daripada pahlawan lainnya, maka bahkan Motoyasu juga akan curiga dan waspada.
Dengan perencanaan yang teliti, tidak ada cara untuk mengetahui kebenaran selain dari pelakunya itu sendiri. Pada akhirnya hasilnya adalah seorang Pahlawan Perisai menjadi kriminal dan tidak berguna serta sang Pahlawan Tombak yang dengan luar biasa menyelamatkan sang tuan puteri.
Sedikit demi sedikit, semuanya mulai menjadi masuk akal.
Tidak ada bukti lain selain serangan yang kuterima, yang tidak memberikan luka selain membuatku terhuyung-huyung. Tidak ada bukti yang sahih bahwa sang tuan puteri telah berbuat curang.
Pernyataan keberatan apapun terhadap pertandingan yang curang ini mungkin akan dibungkam di belakang panggung.
Jadi dia bisa menganggu duel kami dan menutupi kecurangan pahlawan yang paling ia sukai, Motoyasu.
Kalau begitu, duel antara Motoyasu dan diriku ini pasti sudah direncanakan sejak awal.
...Oh, mudah sekali. Yang perlu ia lakukan hanya membisikkan ini kepadanya:
“Gadis itu dipaksa menjadi budak oleh Pahlawan Perisai. Tolong selamatkan dia.”
Kesempatan untuk menguji calon suaminya dan juga untuk menunjukkan bahwa dirinya baik hati. Kalau itu dia, pastilah tidak akan membiarkan kesempatan ini terlewat begitu saja.
Kalau pada akhirnya mereka menikah , ini akan menjadi kisah kepahlawanan tentang bagaimana mereka menyelamatkan seorang budak dari seorang kriminal.
Dan di masa depan, namanya akan terukir sebagai istri seorang Pahlawan bijak yang mengalahkan Pahlawan jahat.
Sial! Raja sampah dan puteri jalang ini!
Tapi, tunggu... sang tuan puteri, seorang wanita jalang... ?
Kalimat ini, dimana aku pernah dengar sebelumnya?
Dimana? Dimana aku pernah dengar hal seperti ini?
... Aku ingat sekarang. Aku membacanya di ‘Panduan Empat Senjata Suci’.
Dibuku itu, Sang Tuan Puteri adalah wanita jalang yang menjual dirinya kepada semua Pahlawan.
Jika buku yang aku baca di perpustakaan itu berhubungan dengan dunia ini, maka masuk akal apabila tuan puteri ini seorang wanita jalang. Itu juga berlaku untuk Pahlawan-pahlawan sialan yang lainnya itu.
Sebuah luapan amarah dari dalam diriku menyelimutiku.
Seri Kutukan
-Persyaratan untuk Perisai ini telah terbuka.
Pandanganku mengabur bersamaan dengan perisaiku yang ditelan oleh emosi hitam pekat dari hatiku.
“Nah kalau begitu Motoyasu-dono, gadis yang telah diperbudak oleh Pahlawan Perisai sedang menunggu.”
Kerumunan mulai menjauh saat para penyihir mulai melepaskan Raphtalia dari kutukan budak.
Para penyihir itu membawa sebuah mangkuk yang penuh oleh suatu cairan dan mengoleskannya ke lambang budak yang terukir di dadanya.
Lambang itu mulai menghilang dari hadapanku.
Raphtalia sekarang resmi terbebas dari perbudakanku.
Perutku bergolak bersamaan dengan hatiku yang dimakan oleh perasaan gelap.
Seolah-olah dunia ini mempermainkan dan mencemoohku, sekaligus tertawa diatas penderitaanku.
Semua yang bisa kulihat... hanyalah seringai gelap dari bayang-bayang keberadaan disekelilingku.
“Raphtalia-chan!”
Motoyasu bergegas ke arah gadis itu.
Raphtalia, setelah sumpalan sudah dilepaskan dari mulutnya dan air mata mengalir di wajahnya—
—menampar Motoyasu.
“Kau... pengecut!”
“... Eh?”
Wajah Motoyasu terlihat terkejut setelah ditampar.
“Aku tidak pernah meminta untuk diselamatkan oleh taktik pengecutmu!”
“Ta-tapi Raphtalia-chan sedang dimanfaatkan oleh dia, ‘kan?”
“Naofumi-sama tidak pernah memaksaku untuk melakukan apapun! Hanya pada saat aku terlalu takut untuk bertarunglah, ia menggunakan kutukannya!”
Kesadaranku mulai menghilang, aku tidak bisa mendengar apa yang sedang dikatakan.
Tidak, sebenarnya aku bisa mendengarnya.
Tapi aku tidak ingin mendengar siapapun.
Aku hanya ingin segera bergegas pergi dan melarikan diri dari sini.
Aku ingin kembali ke duniaku.
“Tidak sepantasnya dia melakukan hal itu!”
“Naofumi-sama tidak bisa mengalahkan monster sendirian. Itulah sebabnya ia harus bergantung kepada orang lain untuk mengalahkan mereka!”
“Kau tidak perlu melakukan itu! Dia hanya akan menggunakanmu sampai kau rusak!”
“Naofumi-sama tidak pernah sekalipun membiarkan monster apapun untuk melukaiku! Lalu, jika aku kelelahan, ia akan membiarkanku beristirahat!”
“T, tidak... dia bukanlah orang pengertian seperti itu...”
“... Apakah kamu mampu untuk mengulurkan tanganmu untuk seorang budak kotor yang terserang penyakit?”
“Eh?”
“Naofumi-sama sudah melakukan banyak hal untukku. Ia membolehkanku makan apapun yang aku mau. Ia memberikanku obat-obatan yang berharga ketika aku sakit. Bisa kau melakukan hal seperti itu?”
“A-aku bisa!”
“Kalau begitu seharusnya ada budak selain diriku disisimu saat ini!”
“!?”
Untuk suatu alasan... Raphtalia berlari kearahku.
“P-pergi!”
Ini... adalah neraka.
Dunia yang diciptakan dengan kelicikan.
Wanita – tidak – semua orang di dunia ini mencemoohku seolah ingin menyiksaku.
Jika dia menyentuhku, maka aku akan menyaksikan kembali kenangan buruk itu.
Raphtalia menyaksikan keadaanku dan kembali memandang dengan marah ke Motoyasu.
“Aku sudah mendengar rumor-rumor itu... bahwa Naofumi-sama memaksa 'berhubungan' dengan rekannya, bahwa ia adalah seorang Pahlawan yang mengerikan.”
“A-Ah. Dia itu seorang pemerkosa! Sebagai budak wanita, seharusnya kau mengerti, ‘kan!?”
“Kenapa harus begitu!? Naofumi-sama tidak pernah sekalipun menyentuhku!”
Kemudian Raphtalian mengenggam tanganku.
“L-lepaskan!”
“Naofumi-sama... Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan kepercayaanmu?”
“Lepaskan tanganku!”
Semua orang di dunia ini menuduhku atas kejahatan yang tidak aku lakukan.
“Aku tidak melakukannya!”
Pompf...
Diriku yang dipenuhi kegilaan diselimuti oleh sesuatu.
“Apapun yang terjadi, aku akan selalu percaya kepada Naofumi-sama.”
“Diam! Kalian hanya akan menuduhkan lebih banyak kejahatan kepadaku lagi!”
“... Aku tidak percaya rumor-rumor itu. Anda adalah orang yang tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.”
Aku mendengar kalimat yang selama ini ingin kudengar semenjak aku tiba di dunia ini.
Perlahan-lahan, bayang-bayang yang mengaburkan pandanganku menghilang.
Aku merasakan nyamannya kehangatan orang lain.
“Bahkan, jika seluruh dunia menyalahkan Naofumi-sama, aku berbeda... Berapa kalipun aku harus mengatakannya, akan kubantah mereka semua.”
Saat aku mengangkat kepalaku, yang berada di hadapanku bukan seorang gadis kecil tetapi wanita muda sekitar umur 17 tahun.
Walau sosoknya mirip dengan Raphtalia, gadis ini kelihatan luar biasa manis.
Yang seharusnya kulit kering dan pecah sekarang memiliki rona sehat, dengan rambut indah yang sedikit berwarna debu.
Tubuhnya yang dahulu hanyalah tulang terbalut kulit, sekarang melengkung dengan bentuk sehat dan bugar.
Yang paling mencolok, matanya tidak lagi dipenuhi keputusasaan, tapi kini diisi oleh sinar kemauan yang kuat.
Aku tidak mengenali seorang gadis seperti dirinya.
“Naofumi-sama, sekarang mari kita pergi dan memasang kutukannya pada diriku lagi.”
“S-siapa kau?”
“Eh? Apa maksud anda? Ini aku, Raphtalia.”
“Bukan-bukan-bukan, bukannya Raphtalia itu seorang gadis kecil?”
Dia mengaku sebagai Raphtalia. Kebingungan, ia memiringkan kepalanya sembari mencoba meyakinkanku.
“Haah, Naofumi-sama selalu saja memperlakukanku seperti anak kecil.”
Suara itu... sudah pasti suara milik Raphtalia yang kuingat.
Tetapi, tubuhnya sangat jauh berbeda.
Tidak-tidak-tidak, ini aneh, meskipun dia itu Raphtalia.
“Naofumi-sama, aku akan mengatakan ini karena keadaan seperti sekarang.”
“Apa?”
“Saat Demi-human muda menaikkan level mereka, tubuh mereka juga ikut menjadi dewasa dengan cepat untuk menyeimbangi pertumbuhan level mereka.”
“Eh?”
“Demi-human tidak seperti manusia. Tetapi sama seperti monster.”
Dengan malu-malu, gadis yang mengaku sebagai Raphtalia melanjutkan.
“Walau... memang cara berpikirku masih seperti anak kecil, tapi tubuhku sudah menjadi seperti orang dewasa.”
Saat mengatakannya, sekali lagi Raphtalia membenamkan kepalaku ke dadanya yang besar.
“Tolong, percaya kepadaku. Aku percaya bahwa Naofumi-sama tidak melakukan kejahatan apapun. Anda adalah Pahlawan Perisai hebat yang telah menyelamatkan hidupku, memberiku obat yang berharga, mengajariku bagaimana caranya bertahan hidup dan bertarung. Aku adalah pedangmu, dan aku akan mengikutimu tidak peduli sekeras apapun halangan yang kita mungkin hadapi.”
Itu adalah... kalimat yang ingin aku dengar.
Kata-kata yang diucapkan semenjak Raphtalia bersumpah untuk bertarung bersama denganku.
“Jika anda tidak percaya padaku, buat aku menjadi budakmu atau lakukan apapun yang anda mau kepadaku. Aku akan selalu bersama dengan anda.”
“Ku...u....uu....”
Dari kata-kata penuh kebaikan yang pertama kuterima semenjak aku tiba di dunia ini, tanpa kusadari aku mulai menangis.
Walau aku merasa aku seharusnya tidak menangis apapun yang terjadi, aku tidak bisa menahan air mataku untuk jatuh.
“Uuu..... uuuuuuuuu...”
“Duel tadi... Motoyasu, kau didiskualifikasi.”
“Haa!?”
Ren dan Itsuki muncul dari dalam kerumunan dan berkata.
“Kami melihatnya dengan jelas dari atas, rekanmu mengarahkan sihir angin ke Naofumi.”
“Tidak, tapi... Itu tidak mungkin.”
“Raja sudah terdiam. Melihat itu kau seharusnya mengerti, ‘kan?”
“... Benarkah itu yang terjadi?”
Motoyasu memutar kepalanya ke sekeliling ruangan melihat para hadirin.
“Tapi dia menyerangku dengan monster.”
“Mereka tidak melukaimu. Kau bisa periksa sendiri.”
Berlagak seperti pahlawan sekarang, Ren menghardik Motoyasu.
“Tapi... Dia! Dia mengincar wajah dan selangkanganku!”
“Menggunakan taktik kotor setelah dipaksa untuk bertarung dimana dia tidak punya kesempatan untuk menang. Kami sudah seharusnya mengabaikan hal seperti itu.”
Setelah mendengar kata-kata Itsuki, Motoyasu menyerah untuk berdebat dengan wajah tak puas.
“Pertarungan kali ini sepertinya kesalahanmu, jadi biarkan saja.”
“Huh... hasil yang menyebalkan. Aku masih curiga kalau Raphtalia-chan sedang dicuci otak olehnya.”
“Bagaimana mungkin kau masih bisa bicara seperti itu setelah melihat mereka seperti ini?.”
“Itu benar.”
Dengan keadaan berubah menjadi canggung, para pahlawan mulai pergi sedangkan para hadirin kembali ke istana.
“... Huh! Betapa membosankan.”
“Ya... hasilnya cukup mengecewakan.”
Kedua keluarga kerajaan yang tidak puas dengan hasil akhir pertandingan pergi dengan kesal. Hanya aku dan Raphtalia yang tersisa di lapangan.
“Pasti sangat sulit untuk anda selama ini. Aku tidak menyadarinya sama sekali. Mulai sekarang, aku ingin anda membagikan masalah anda denganku.”
Kesadaranku mulai menghilang ketika aku mendengar suaranya yang lembut.
Setelah itu, aku tertidur dipelukan Raphtalia selama satu jam.
Aku terkejut. Aku tidak menyadari Raphtalia sudah tumbuh besar.
Kenapa aku tidak menyadarinya?
... Aku terlalu stres, mungkin.
Aku tidak mampu untuk menyadari pertumbuhan Raphtalia. Semua yang bisa kulihat hanya statusnya yang meningkat di layar status.
Pestanya sudah lama berakhir. Jadi aku terlelap dalam tidur nyenyak di ruangan berdebu yang tidak terpakai, yang sebenarnya digunakan untuk para pelayan.
Seseorang percaya padaku. Hanya dengan itu, aku merasa sebuah beban telah diangkat dari hatiku.
Maksud dari perasaan ini menjadi jelas keesokan harinya pada saat sarapan.
Untuk pertama kalinya semenjak aku dikhianati oleh Mein, indera pengecapku telah kembali.
sumber : www.baka-tsuki.org
“Apa yang kau maksud dengan ‘menang’, pengecut!”
Duel satu-lawan-satu kita tadi terganggu, ‘kan!
“Bicara apa kau? Kau kalah karena tidak bisa menahan kekuatanku.”
... Kau keparat, kau benar-benar berkata seperti itu?
Apa-apaan omong kosong tentang pahlawan itu! Bahwa mereka tidak boleh memiliki budak!
Dasar sampah, berlagak seperti pahlawan padahal mencurangi pertarungan ini untuk memuaskan dirimu sendiri.
“Rekanmu menganggu ditengah-tengah pertarungan kita! Itulah alasan aku kehilangan keseimbangan!”
“Ha! Itu kah kebohongan dari rengekan seorang pecundang?”
“Bukan begitu, kau bedebah!”
Si pengecut Motoyasu memandang rendah diriku, mengabaikan keluhanku sembari merasa sudah menang.
Walaupun tadi benar ada gangguan... keparat itu!
“Jadi begitu?”
Para penonton hanya memperhatikan Motoyasu.
Apakah mereka tidak melihat yang terjadi..? Semuanya benar-benar terdiam.
“Tidak perlu percaya kata-kata dari seorang Pahlawan yang jahat. Pahlawan Tombak! Ini benar kemenanganmu!”
Bedebah itu!
Dan begitu saja, sang raja dengan tegas mengumumkan hasilnya.
Bahkan kemudian, beberapa kerumunan masih tidak yakin. Mereka melihat berkeliling seolah ingin mengatakan sesuatu. Tetapi, tidak ada seorang pun yang mau membantah apa yang sudah sang raja nyatakan.
Karena raja sudah mengheningkan semua penolakan.
Kerajaan ini adalah tirani seluruhnya!
“Seperti yang diharapkan dari seorang Motoyasu-sama!”
Wanita jalang yang menjadi penghasut kejadian ini tanpa rasa malu berlari ke sisi Motoyasu.
Ditambah lagi, para penyihir kerajaan hanya merapalkan mantera sihir penyembuh ke Motoyasu, mengobati lukanya.
Kelihatannya mereka tidak berniat menolongku.
“Fumu, seperti yang diharapkan dari Pahlawan yang puteriku, Malty, telah pilih.”
Kata sang raja sambil meletakkan tangannya di bahu Mein.
“A-apa...!?”
Mein adalah anak sang raja!?
“Ah... Aku juga terkejut saat mendengar Mein adalah seorang puteri. Dia menggunakan nama palsu demi berbaur dengan kita.”
“Ya... Aku ingin membantu demi kedamaian dunia~”
... Begitu. Jadi begitu rupanya.
Terasa aneh sekali betapa mudahnya aku dituduh sebagai kriminal hanya dengan kesaksian korban.
Jadi itu yang terjadi... Sang raja mengabaikan keegoisan puterinya yang bodoh dan menuduhkan kejahatan palsu padaku menggunakan bukti palsu. Demi pahlawan yang puterinya pilih, ia mengorbankanku dan mengambil kembali uangku karena aku adalah yang terlemah diantara para Pahlawan.
Dan karena Motoyasu menyelamatkan sang tuan puteri dariku, mereka menjadi semakin dekat, lebih dari gadis-gadis lain yang ada di sekelilingnya.
Ini juga menjelaskan kenapa aku menerima uang tambahan di awal.
Dengan kata lain, dia bisa mendapatkan perlengkapan yang bagus untuk dirinya dan juga mendukung pahlawan pilihannya, Motoyasu.
Jika hanya Motoyasu seorang diri yang diberikan peralatan yang jauh lebih baik daripada pahlawan lainnya, maka bahkan Motoyasu juga akan curiga dan waspada.
Dengan perencanaan yang teliti, tidak ada cara untuk mengetahui kebenaran selain dari pelakunya itu sendiri. Pada akhirnya hasilnya adalah seorang Pahlawan Perisai menjadi kriminal dan tidak berguna serta sang Pahlawan Tombak yang dengan luar biasa menyelamatkan sang tuan puteri.
Sedikit demi sedikit, semuanya mulai menjadi masuk akal.
Tidak ada bukti lain selain serangan yang kuterima, yang tidak memberikan luka selain membuatku terhuyung-huyung. Tidak ada bukti yang sahih bahwa sang tuan puteri telah berbuat curang.
Pernyataan keberatan apapun terhadap pertandingan yang curang ini mungkin akan dibungkam di belakang panggung.
Jadi dia bisa menganggu duel kami dan menutupi kecurangan pahlawan yang paling ia sukai, Motoyasu.
Kalau begitu, duel antara Motoyasu dan diriku ini pasti sudah direncanakan sejak awal.
...Oh, mudah sekali. Yang perlu ia lakukan hanya membisikkan ini kepadanya:
“Gadis itu dipaksa menjadi budak oleh Pahlawan Perisai. Tolong selamatkan dia.”
Kesempatan untuk menguji calon suaminya dan juga untuk menunjukkan bahwa dirinya baik hati. Kalau itu dia, pastilah tidak akan membiarkan kesempatan ini terlewat begitu saja.
Kalau pada akhirnya mereka menikah , ini akan menjadi kisah kepahlawanan tentang bagaimana mereka menyelamatkan seorang budak dari seorang kriminal.
Dan di masa depan, namanya akan terukir sebagai istri seorang Pahlawan bijak yang mengalahkan Pahlawan jahat.
Sial! Raja sampah dan puteri jalang ini!
Tapi, tunggu... sang tuan puteri, seorang wanita jalang... ?
Kalimat ini, dimana aku pernah dengar sebelumnya?
Dimana? Dimana aku pernah dengar hal seperti ini?
... Aku ingat sekarang. Aku membacanya di ‘Panduan Empat Senjata Suci’.
Dibuku itu, Sang Tuan Puteri adalah wanita jalang yang menjual dirinya kepada semua Pahlawan.
Jika buku yang aku baca di perpustakaan itu berhubungan dengan dunia ini, maka masuk akal apabila tuan puteri ini seorang wanita jalang. Itu juga berlaku untuk Pahlawan-pahlawan sialan yang lainnya itu.
Sebuah luapan amarah dari dalam diriku menyelimutiku.
Seri Kutukan
-Persyaratan untuk Perisai ini telah terbuka.
Pandanganku mengabur bersamaan dengan perisaiku yang ditelan oleh emosi hitam pekat dari hatiku.
“Nah kalau begitu Motoyasu-dono, gadis yang telah diperbudak oleh Pahlawan Perisai sedang menunggu.”
Kerumunan mulai menjauh saat para penyihir mulai melepaskan Raphtalia dari kutukan budak.
Para penyihir itu membawa sebuah mangkuk yang penuh oleh suatu cairan dan mengoleskannya ke lambang budak yang terukir di dadanya.
Lambang itu mulai menghilang dari hadapanku.
Raphtalia sekarang resmi terbebas dari perbudakanku.
Perutku bergolak bersamaan dengan hatiku yang dimakan oleh perasaan gelap.
Seolah-olah dunia ini mempermainkan dan mencemoohku, sekaligus tertawa diatas penderitaanku.
Semua yang bisa kulihat... hanyalah seringai gelap dari bayang-bayang keberadaan disekelilingku.
“Raphtalia-chan!”
Motoyasu bergegas ke arah gadis itu.
Raphtalia, setelah sumpalan sudah dilepaskan dari mulutnya dan air mata mengalir di wajahnya—
—menampar Motoyasu.
“Kau... pengecut!”
“... Eh?”
Wajah Motoyasu terlihat terkejut setelah ditampar.
“Aku tidak pernah meminta untuk diselamatkan oleh taktik pengecutmu!”
“Ta-tapi Raphtalia-chan sedang dimanfaatkan oleh dia, ‘kan?”
“Naofumi-sama tidak pernah memaksaku untuk melakukan apapun! Hanya pada saat aku terlalu takut untuk bertarunglah, ia menggunakan kutukannya!”
Kesadaranku mulai menghilang, aku tidak bisa mendengar apa yang sedang dikatakan.
Tidak, sebenarnya aku bisa mendengarnya.
Tapi aku tidak ingin mendengar siapapun.
Aku hanya ingin segera bergegas pergi dan melarikan diri dari sini.
Aku ingin kembali ke duniaku.
“Tidak sepantasnya dia melakukan hal itu!”
“Naofumi-sama tidak bisa mengalahkan monster sendirian. Itulah sebabnya ia harus bergantung kepada orang lain untuk mengalahkan mereka!”
“Kau tidak perlu melakukan itu! Dia hanya akan menggunakanmu sampai kau rusak!”
“Naofumi-sama tidak pernah sekalipun membiarkan monster apapun untuk melukaiku! Lalu, jika aku kelelahan, ia akan membiarkanku beristirahat!”
“T, tidak... dia bukanlah orang pengertian seperti itu...”
“... Apakah kamu mampu untuk mengulurkan tanganmu untuk seorang budak kotor yang terserang penyakit?”
“Eh?”
“Naofumi-sama sudah melakukan banyak hal untukku. Ia membolehkanku makan apapun yang aku mau. Ia memberikanku obat-obatan yang berharga ketika aku sakit. Bisa kau melakukan hal seperti itu?”
“A-aku bisa!”
“Kalau begitu seharusnya ada budak selain diriku disisimu saat ini!”
“!?”
Untuk suatu alasan... Raphtalia berlari kearahku.
“P-pergi!”
Ini... adalah neraka.
Dunia yang diciptakan dengan kelicikan.
Wanita – tidak – semua orang di dunia ini mencemoohku seolah ingin menyiksaku.
Jika dia menyentuhku, maka aku akan menyaksikan kembali kenangan buruk itu.
Raphtalia menyaksikan keadaanku dan kembali memandang dengan marah ke Motoyasu.
“Aku sudah mendengar rumor-rumor itu... bahwa Naofumi-sama memaksa 'berhubungan' dengan rekannya, bahwa ia adalah seorang Pahlawan yang mengerikan.”
“A-Ah. Dia itu seorang pemerkosa! Sebagai budak wanita, seharusnya kau mengerti, ‘kan!?”
“Kenapa harus begitu!? Naofumi-sama tidak pernah sekalipun menyentuhku!”
Kemudian Raphtalian mengenggam tanganku.
“L-lepaskan!”
“Naofumi-sama... Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan kepercayaanmu?”
“Lepaskan tanganku!”
Semua orang di dunia ini menuduhku atas kejahatan yang tidak aku lakukan.
“Aku tidak melakukannya!”
Pompf...
Diriku yang dipenuhi kegilaan diselimuti oleh sesuatu.
“Apapun yang terjadi, aku akan selalu percaya kepada Naofumi-sama.”
“Diam! Kalian hanya akan menuduhkan lebih banyak kejahatan kepadaku lagi!”
“... Aku tidak percaya rumor-rumor itu. Anda adalah orang yang tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.”
Aku mendengar kalimat yang selama ini ingin kudengar semenjak aku tiba di dunia ini.
Perlahan-lahan, bayang-bayang yang mengaburkan pandanganku menghilang.
Aku merasakan nyamannya kehangatan orang lain.
“Bahkan, jika seluruh dunia menyalahkan Naofumi-sama, aku berbeda... Berapa kalipun aku harus mengatakannya, akan kubantah mereka semua.”
Saat aku mengangkat kepalaku, yang berada di hadapanku bukan seorang gadis kecil tetapi wanita muda sekitar umur 17 tahun.
Walau sosoknya mirip dengan Raphtalia, gadis ini kelihatan luar biasa manis.
Yang seharusnya kulit kering dan pecah sekarang memiliki rona sehat, dengan rambut indah yang sedikit berwarna debu.
Tubuhnya yang dahulu hanyalah tulang terbalut kulit, sekarang melengkung dengan bentuk sehat dan bugar.
Yang paling mencolok, matanya tidak lagi dipenuhi keputusasaan, tapi kini diisi oleh sinar kemauan yang kuat.
Aku tidak mengenali seorang gadis seperti dirinya.
“Naofumi-sama, sekarang mari kita pergi dan memasang kutukannya pada diriku lagi.”
“S-siapa kau?”
“Eh? Apa maksud anda? Ini aku, Raphtalia.”
“Bukan-bukan-bukan, bukannya Raphtalia itu seorang gadis kecil?”
Dia mengaku sebagai Raphtalia. Kebingungan, ia memiringkan kepalanya sembari mencoba meyakinkanku.
“Haah, Naofumi-sama selalu saja memperlakukanku seperti anak kecil.”
Suara itu... sudah pasti suara milik Raphtalia yang kuingat.
Tetapi, tubuhnya sangat jauh berbeda.
Tidak-tidak-tidak, ini aneh, meskipun dia itu Raphtalia.
“Naofumi-sama, aku akan mengatakan ini karena keadaan seperti sekarang.”
“Apa?”
“Saat Demi-human muda menaikkan level mereka, tubuh mereka juga ikut menjadi dewasa dengan cepat untuk menyeimbangi pertumbuhan level mereka.”
“Eh?”
“Demi-human tidak seperti manusia. Tetapi sama seperti monster.”
Dengan malu-malu, gadis yang mengaku sebagai Raphtalia melanjutkan.
“Walau... memang cara berpikirku masih seperti anak kecil, tapi tubuhku sudah menjadi seperti orang dewasa.”
Saat mengatakannya, sekali lagi Raphtalia membenamkan kepalaku ke dadanya yang besar.
“Tolong, percaya kepadaku. Aku percaya bahwa Naofumi-sama tidak melakukan kejahatan apapun. Anda adalah Pahlawan Perisai hebat yang telah menyelamatkan hidupku, memberiku obat yang berharga, mengajariku bagaimana caranya bertahan hidup dan bertarung. Aku adalah pedangmu, dan aku akan mengikutimu tidak peduli sekeras apapun halangan yang kita mungkin hadapi.”
Itu adalah... kalimat yang ingin aku dengar.
Kata-kata yang diucapkan semenjak Raphtalia bersumpah untuk bertarung bersama denganku.
“Jika anda tidak percaya padaku, buat aku menjadi budakmu atau lakukan apapun yang anda mau kepadaku. Aku akan selalu bersama dengan anda.”
“Ku...u....uu....”
Dari kata-kata penuh kebaikan yang pertama kuterima semenjak aku tiba di dunia ini, tanpa kusadari aku mulai menangis.
Walau aku merasa aku seharusnya tidak menangis apapun yang terjadi, aku tidak bisa menahan air mataku untuk jatuh.
“Uuu..... uuuuuuuuu...”
“Duel tadi... Motoyasu, kau didiskualifikasi.”
“Haa!?”
Ren dan Itsuki muncul dari dalam kerumunan dan berkata.
“Kami melihatnya dengan jelas dari atas, rekanmu mengarahkan sihir angin ke Naofumi.”
“Tidak, tapi... Itu tidak mungkin.”
“Raja sudah terdiam. Melihat itu kau seharusnya mengerti, ‘kan?”
“... Benarkah itu yang terjadi?”
Motoyasu memutar kepalanya ke sekeliling ruangan melihat para hadirin.
“Tapi dia menyerangku dengan monster.”
“Mereka tidak melukaimu. Kau bisa periksa sendiri.”
Berlagak seperti pahlawan sekarang, Ren menghardik Motoyasu.
“Tapi... Dia! Dia mengincar wajah dan selangkanganku!”
“Menggunakan taktik kotor setelah dipaksa untuk bertarung dimana dia tidak punya kesempatan untuk menang. Kami sudah seharusnya mengabaikan hal seperti itu.”
Setelah mendengar kata-kata Itsuki, Motoyasu menyerah untuk berdebat dengan wajah tak puas.
“Pertarungan kali ini sepertinya kesalahanmu, jadi biarkan saja.”
“Huh... hasil yang menyebalkan. Aku masih curiga kalau Raphtalia-chan sedang dicuci otak olehnya.”
“Bagaimana mungkin kau masih bisa bicara seperti itu setelah melihat mereka seperti ini?.”
“Itu benar.”
Dengan keadaan berubah menjadi canggung, para pahlawan mulai pergi sedangkan para hadirin kembali ke istana.
“... Huh! Betapa membosankan.”
“Ya... hasilnya cukup mengecewakan.”
Kedua keluarga kerajaan yang tidak puas dengan hasil akhir pertandingan pergi dengan kesal. Hanya aku dan Raphtalia yang tersisa di lapangan.
“Pasti sangat sulit untuk anda selama ini. Aku tidak menyadarinya sama sekali. Mulai sekarang, aku ingin anda membagikan masalah anda denganku.”
Kesadaranku mulai menghilang ketika aku mendengar suaranya yang lembut.
Setelah itu, aku tertidur dipelukan Raphtalia selama satu jam.
Aku terkejut. Aku tidak menyadari Raphtalia sudah tumbuh besar.
Kenapa aku tidak menyadarinya?
... Aku terlalu stres, mungkin.
Aku tidak mampu untuk menyadari pertumbuhan Raphtalia. Semua yang bisa kulihat hanya statusnya yang meningkat di layar status.
Pestanya sudah lama berakhir. Jadi aku terlelap dalam tidur nyenyak di ruangan berdebu yang tidak terpakai, yang sebenarnya digunakan untuk para pelayan.
Seseorang percaya padaku. Hanya dengan itu, aku merasa sebuah beban telah diangkat dari hatiku.
Maksud dari perasaan ini menjadi jelas keesokan harinya pada saat sarapan.
Untuk pertama kalinya semenjak aku dikhianati oleh Mein, indera pengecapku telah kembali.
sumber : www.baka-tsuki.org